Rabu, 25 September 2013

SUSU : Siapa yang membutuhkannya???

             Hmm.. Susu kedengarannya sangat enak untuk dinikmati bersama sarapan pagi serta di malam hari sebelum tidur.. Namun sebenarnya siapa sih yang membutuhkan susu..? Let’s learn about milk..
             Susu adalah makanan yang sempurna UNTUK bayi; air susu ibu (ASI) tentunya. Ada banyak spesies di bumi ini yang menyusui, dan setiap binatang yang menyusui itu punya air susu yang dibuat persis dan seimbang untuk bayinya masing-masing.

Wow.. Jadi susu sapi harusnya tidak diberikan pada bayi manusia dong..??
The American College of Pediatrics tidak lagi merekomendasikan pemberian air susu hewan pada bayi berumur di bawah 1 tahun. Alasannya terdapat pada masalah pencernaan pada bayi. Bayi dapat mengalami masalah penyerapan zat besi, alergi, mulas (sakit perut), hidung dan tenggorokan tersumbat.

Hmm.. Kalau itu untuk bayi, berati orang dewasa bisa saja mengkonsumsi susu? ‘Kan pencernaan bayi dengan orang dewasa berbeda?!
Yah, selama bertahun-tahun kita dituntun dengan pikiran bahwa susu sangat baik bagi tubuh. Tapi sebenarnya susu itu sendiri meiliki kadar lemak yang tinggi. Jika dihitung dalam persen kalori, 50% susu mengandung lemak (kebanyakan lemak jenuh) dan 20% mengandung protein. Suu mengandung banyak lemak dan tidak ada serat-serat makanan, memium susu sama artinya dengan kita mempersulit tubuh untuk proses metabolisme yang sudah kelebihan beban itu.
             
            Bagaimana dengan susu rendah lemak?
Susu rendah lemak adalah perbaikan dari susu murni, tapi tidak sebaik kedengarannya. Dari segi kalori, susu rendah lemak adalah makanan 30% lemak. Susu tanpa lemak (susu skim) adalah pilihan terbaik bagi mereka yang ingin minum susu. Tidak mengandung lemak, sedikit sekali kolesterol, tetapi sari-sari makanan yang lain tetap ada.
             
            Bagaimana dengan kalsium? Bukannya susu terkenal dengan kandungan kalsium?
Yupz.. Benar sekali. Tetapi sebelum minum susu,seseorang harus pertimbangkan keuntungan kalsium dengan masalahnya.
1.     Di Amerika Utara jumlah penyakit jantung koroner lebih tinggi dibandingkan dengan negeri-negeri yang kebiasaannya tidak minum susu. Kandungan lemak jenuh dan kolesterol sebagai penyumbang terjadinya penyakit jantung.
2.      Negeri-negeri dengan peminum susu yang tinggi  mempunyai angka osteoporosis yang tinggi dan jarang ditemukan di negera-negera yang tidak minum susu. Protein tinggi dalam susu menyumbang proses penipisan tulang. Metabolisme protein menguras kalsium dari tulang-tulang.
3.      Semua susu hewan dirancang sesuai kebutuhan anak hewan. Perkembangan bayi manusia lambat, sedangkan air susu hewan menyesuaikan kepada anaknya dimana proses kematangannya lebih cepat.
4.      Susu adalah penyebab umum alergi. Lebih dari 100 agen (pendukung alergi) dapat dikeluarkan oleh pencernaan normal susu sapi.
5.      Susu adalah penyebab umum sembelit (sulit buang air besar)
6.      Susu dapat memindahkan penyakit dari hewan kepada manusia. Sering berisi residu antibiotik, hormon, peptisida dan obat lain yang telah ditambahkan dengan makanan sapi. Orang-orang yang punya perhatian, lebih memilih padi-padian, kacang-kacangan, sayur-sayuran hijau  sebagai sumber dari kalsium bagi tubuh mereka. Dan jika diperlukan, suplemen.
     
      Jadi, orang dewasa tidak boleh minum susu terlebih susu sapi/hewan lainnya??
Banyak orang menjalani hidup yang sehat tanpa mengkonsumsi susu atau menggunakan produk lainnya dari susu. Jika memang harus digunakan, lebih baik susu tanpa lemak; digunakan dalam jumlah sedikit.

PERTIMBANGKAN hal ini :
Di luar kebun binatang, tidak ada mamalia yang meminum susu mamalia dari spesies lain, dan setelah berhenti menyusui dari induknya tak satupun binatang menyusui, meminum susu lagi. Manusia adalah pengecualian.
Semua susu makhluk hidup adalah makanan sehat bagi turunannya sendiri.

            Yaaa.. inilah sedikit mengenai susu yang dapat saya bagikan. Temukan hal penting lainnya dalam buku Hidup yang Dinamis.

Referensi:
Ludington, A. & Dhiel, H. (2010). Hidup yang Dinamis. Bandung: Indonesia Publishing House.